"KAPAN SEKOLAH KAMI LEBIH BAIK DARI KANDANG AYAM"
oleh Prof. Winarno Surahman.
"Tanpa sebuah kepalsuan, guru artinya ibadah.
Tanpa sebuah kemunafikan, semua guru berikrar mengabdi kemanusiaan.
Tetapi dunianya ternyata tuli. Setuli batu.Tidak berhati.
Otonominya, kompetensinya, profesinya hanya sepuhan pembungkus rasa getir,"
"Bolehkan kami bertanya, apakah artinya bertugas mulia ketika kami hanya terpinggirkan tanpa ditanya, tanpa disapa?
Kapan sekolah kami lebih baik dari kandang ayam?
Kapan pengetahuan kami bukan ilmu kadaluarsa?
Mungkinkah berharap yang terbaik dalam kondisi yang terburuk?"
"Ketika semua orang menangis, kenapa kami harus tetap tertawa?
Kenapa ketika orang kekenyangan, kami harus tetap kelaparan?
Bolehkah kami bermimpi di dengar ketika berbicara?
Dihargai layaknya manusia?
Tidak dihalau ketika bertanya?
Tidak mungkin berharap dalam kondisi terburuk,"
Sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah.
Terbaca torehan darah kering: Di sini berbaring seorang guru semampu membaca buku usang sambil belajar menahan lapar.
Hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan tua sejuta
guru tua yang terlupakan oleh sejarah,"